Saat ini, kasus COVID-19 varian Omicron merebak dengan sangat cepat. Tetangga, rekan kerja, teman, keluarga, banyak sekali yang akhirnya sakit terpapar virus ini, tak terkecuali saya sendiri.
Saya akhirnya melakukan isolasi mandiri bersama anak saya yang terkecil, dan suami. Isolasi mandiri di rumah sebaiknya dipersiapkan dengan baik agar mempermudah operasional sehari-hari.
Sadari Gejala Sedini Mungkin
Sebelum bersiap diri untuk isoman, hal pertama yang harus dilakukan sedini mungkin adalah menyadari gejala yang muncul. Apakah flu? batuk? pilek? demam dan tidak enak badan? Tidak perlu denial, lebih baik ambil tes swab antigen untuk berjaga-jaga.
Saya sendiri, gejala awalnya hanyalah radang tenggorokan. Tiba-tiba tenggorokan saya rasanya tidak enak. Satu malam sebelumnya, anak saya demam dan rewel. Segera setelah saya merasakan gejala yang tidak seberapa tersebut, saya tes, dan benar hasilnya positif untuk saya dan anak saya. Jadi, jangan remehkan gejala yang muncul, ya!
Isolasi Anggota Keluarga yang Sakit
Saat hasil tes sudah muncul, segera persiapkan strategi untuk isoman. Ada berapa orang yang sakit? Bagaimana pembagian lokasi kamar tidur dan kamar mandi? Siapa yang bertugas untuk menjaga anggota keluarga yang sakit? Tentu pemilihan tersebut didasarkan pada kondisi yang sesuai.
Di keluarga saya, yang positif adalah saya dan Tsaqif (anak saya yang berumur 16 bulan). Sementara itu, suami dan Nabhan (anak saya yang berumur 3,5 tahun) mendapatkan hasil negatif. Setelah berunding, Nabhan kami titipkan ke rumah eyangnya (Ibu saya) dengan pertimbangan: kalau isolasi serumah dengan saya, pasti dia akan dekat-dekat saya terus dan meningkatkan resiko penularan.
Dan lagi, suami saya akan sulit fokus membagi waktu antara mengurus anggota keluarga yang sakit, menemani Nabhan, mengurus rumah, dan melakukan pekerjaan. Selain itu, di rumah ibu saya tidak ada lansia dengan komorbid sehingga relatif lebih aman. Mungkin kondisi ini kurang ideal, namun kemarin terpaksa kami lakukan.
Kabari Teman atau Keluarga yang Melakukan Kontak
Saat hasil tes dinyatakan positif, segera kabari rekan kantor, teman, atau keluarga yang melakukan kontak selama kurang lebih 5 hari terakhir. Hal ini penting untuk memutus rantai penularan.
Telemedicine Awal
Sambil menunggu hasil PCR keluar, yang penting untuk dilakukan adalah telemedicine dengan dokter, khususnya apabila sudah mulai timbul gejala COVID-19.
Untuk permulaan, saya dan anak saya melakukan telemedicine via Halodoc untuk mendapatkan penanganan awal. Saya mendapatkan parasetamol (karena demam tinggi hingga 40 derajat), vitamin D, dan vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sementara anak saya mendapatkan obat batuk, pilek, serta vitamin. Sudah berkonsultasi dengan dokter, insya Allah penanganan awal sudah aman.
Jangan lupa untuk memantau suhu dan kadar saturasi oksigen tubuh secara berkala, ya.
Katering Makanan
Dengan kondisi isoman COVID-19, akan sulit bagi kita untuk masak dan menyiapkan makanan sendiri. Oleh karena itu, kemarin saya memilih untuk menggunakan katering makanan.
Pertimbangannya antara lain, lebih ekonomis dibandingan membeli makanan satuan via ojek online, serta porsinya yang cukup banyak sehingga bisa dimakan hingga malam hari. Namun, ya terkadang kami jajan juga untuk sarapan atau makan malam.
Kami juga menyetok buah-buahan, roti, dan makanan beku untuk berjaga-jaga. Alhamdulillah kami mendapatkan beraneka makanan dan buah-buahan dari para sahabat, tetangga, dan keluarga.
Sirkulasi Udara yang Baik, Masker, dan Disinfektan
Untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 kepada anggota keluarga yang sehat di rumah, hal penting yang harus dipikirkan ketika memutuskan isoman di rumah adalah sirkulasi udara yang baik di rumah.
Rumah kami untungnya memiliki sirkulasi udara yang cukup bagus, dibantu dengan exhaust fan dan kipas angin yang terus dinyalakan. Tak lupa kami menggunakan air purifier untuk menyaring virus yang berada di udara.
Untuk mencegah penularan, saya dan suami juga menghindari berada dalam satu ruangan yang sama. Baik pasien maupun anggota keluarga yang merawat juga wajib disiplin menggunakan masker ya agar tidak menularkan virus.
Setiap hari, seluruh area rumah disemprot cairan disinfektan dan dibersihkan. Begitu pula setelah saya menyentuh gagang pintu, lantai, dan barang-barang yang ada di rumah.
Kegiatan di Rumah
Perlu untuk dipikirkan juga, apa yang kira-kira akan kita lakukan di rumah saat isoman? Bagi saya, hal tersebut cukup penting untuk mendistraksi saya dari rasa bosan dan cemas karena dilanda penyakit.
Baca juga: 5 Cara Anti Stres di Rumah Saat Pandemi
Di 2 hari pertama isoman, saya demam tinggi sehingga praktis tidak bisa melakukan apa-apa. Yang saya bisa lakukan hanya tiduran, bangun sebentar untuk makan dan minum obat, lalu paling mentok buka HP atau nonton Netflix sebentar karena kepala rasanya pening sekali.
Di hari ke-3 isoman, kondisi saya sudah cukup membaik sehingga saya bisa berolahraga via Youtube (walaupun setelah itu balik tepar lagi hehehe). Oya, jemur matahari pagi jangan ketinggalan ya. Penting untuk menyesuaikan aktivitas dengan kondisi tubuh sehingga tidak memaksakan diri. Saya sendiri baru sanggup melakukan pekerjaan rumah di hari ke 3-4.
Itulah kira-kira hal yang penting dipersiapkan untuk isoman di rumah. Semoga bisa memberikan gambaran ya. Buat teman-teman yang sedang sakit, semangat ya! Semoga segera diberikan kesembuhan.
Yuk, mari kita jaga kesehatan, prokes jangan kendor, we can fight this battle!
Referensi:
Trinity. 2022. Apa yang Harus Dilakukan Bila Positif Covid?. Link
Tinggalkan Balasan