Akhir pekan kemarin, saya dan keluarga berkunjung ke kawasan Kota Tua Jakarta. Kota Tua adalah area wisata yang sangat populer untuk masyarakat di Jakarta dan sekitarnya. Akses transportasi yang mudah, serta biaya akses masuk tempat wisata yang terjangkau bahkan bebas biaya membuat Kota Tua menjadi primadona di kalangan pelancong.
Di Kota Tua, pengunjung dapat mengunjungi berbagai museum, berfoto di bangunan-bangunan kolonial peninggalan Belanda, atau sekadar duduk menikmati suasana kota.
Namun, sore itu saya tidak berkunjung ke museum karena membawa anak-anak (masih belum berani membawa anak-anak ke tempat tertutup). Lagipula, museum-museum sudah tutup pada pukul 15.00.
Tadinya, saya berniat untuk mengunjungi Taman Fatahillah (di depan Museum Fatahillah), namun ternyata kawasan tersebut ditutup selama PPKM. Saya pun memutuskan untuk mengunjungi salah satu spot yang lumayan hits semenjak direnovasi, yaitu kawasan Kali Besar Kota Tua.
Kali Besar Kota Tua, Cantik Usai Direnovasi

Kami tiba di kawasan Kali Besar Kota Tua pukul 15.30. Ternyata, berkunjung di waktu Minggu sore adalah keputusan yang tepat. Selain matahari yang sudah tidak terlalu menyengat, waktu Minggu sore tidak banyak pengunjung yang singgah di kawasan wisata ini. Kalau saya datang di pagi hari, mungkin area ini akan penuh oleh pesepeda.

Alhamdulillah, saya bisa jaga jarak dengan sangat baik karena situasinya sepi pengunjung. Kalau ramai, mungkin saya akan balik badan pergi ke tempat lain 🙂
Baca Juga: Menapaki Dua Masa di Gedung Candranaya
Selama ini, saya hanya melihat kondisi objek wisata Kali Besar ini melalui berita dan media sosial. Kawasan Kali Besar ini digadang-gadang mirip dengan Sungai Cheonggyecheon di Seoul. Widiih..
Menurut saya, areanya cukup rapi dan terawat. Terlebih, ada dermaga apung yang menambah keindahan Kali Besar. Sayang sekali, kami tidak bisa turun ke bawah karena dermaga tersebut ditutup.
Di sepanjang trotoar banyak tersedia bangku panjang yang dihiasi oleh patung-patung unik dan klasik. Kalau nggak ada orang yang duduk di situ, mungkin saya sudah foto-foto.
Paling pas memang datang ke sini sore-sore sambil menikmati semilir angin dan pemandangan bangunan-bangunan klasik yang menjulang di sekitaran sungai.
Cara Menuju Kawasan Kali Besar
Untuk menuju kawasan Kali Besar, saya dan keluarga menggunakan mobil. Dari tol, ambil exit Sunda Kelapa/ Glodok, ikuti arah hingga ke Stasiun Jakarta Kota, dan melewati bawah Flyover Pasar Pagi Asemka. Agak macet sedikit, tapi masih bearable.
Mendekati kawasan Kali Besar, banyak lokasi parkir yang tersedia. Namun, biaya parkirnya agak mahal yaitu Rp 20.000.
Jika kamu menggunakan moda transportasi KRL, bisa turun di tempat pemberhentian akhir Stasiun Jakarta Kota, kemudian jalan kaki atau naik moda transportasi lain menuju kawasan kali Besar.
Toko Merah yang Misterius

Masih di kawasan Kali Besar Kota Tua, ada satu bangunan ikonik yang menjadi ciri khas area ini, yaitu Toko Merah. Toko Merah ini sangat populer di kalangan pesepeda. Umumnya, Toko Merah menjadi destinasi akhir para pesepeda setelah berkeliling.
Tiba di lokasi Toko Merah, kesan pertama saya adalah: cantik banget. Dindingnya terbuat dari batu bata berwarna merah hati, dengan tulisan “Toko Merah” yang elegan. Toko Merah tak kehilangan pesonanya meski telah berusia lebih dari 300 tahun.
Kaca jendelanya yang besar-besar mengundang rasa ingin tahu saya untuk mengintip, namun saya urungkan. Saya agak trauma dengan hal-hal berbau horor kolonial usai nekat mengunjungi penjara bawah tanah Lawang Sewu, Semarang. Kondisinya sangat gelap, menegangkan, dan menakutkan. Sampai beberapa hari saya tidak bisa tidur usai mengunjungi tempat tersebut.
Tragedi Berdarah di Toko Merah
Sama seperti Lawang Sewu, Toko Merah memiliki aura misterius yang serupa. Toko Merah ini memiliki sejarah yang cukup panjang, mulai dari digunakan sebagai rumah pejabat penting Batavia, hotel khusus pejabat, kantor biro pemerintah kolonial Belanda, hingga function hall.
Namun, di tempat ini sempat terjadi tragedi berdarah pada tahun 1740 yang dikenal dengan Geger Pecinan. Pada peristiwa ini, ribuan nyawa etnis Tionghoa melayang usai dibantai secara massal, sehingga mengakibatkan sungai di depannya berwarna merah akibat darah. Saya tidak sanggup membayangkannya 🙁
Entah kenapa, aura tempat-tempat bekas pembantaian dan penjagalan massal itu selalu tidak enak, seperti pengap dan sesak. Mungkin, ada jiwa-jiwa yang belum tenang di dalamnya.
Baca juga: Merinding Disko di Pulau Kelor, Cipir, Onrust
Menutup Hari di Batavia Marina Sunda Kelapa
Update 06/12: Sudah terkonfirmasi HALAL dari resto

Menjelang pukul 17.00, kami tiba di salah satu restoran favorit kami di area Pelabuhan Sunda Kelapa, yaitu Batavia Marina. Mungkin, ini adalah ke-4 atau 5 kalinya saya berkunjung ke sini. Tulisan saya saat berkunjung ke sini sebelumnya dapat dibaca di:
Baca Juga: Sensasi Kuliner ala Pesiar di Batavia Marina Sunda Kelapa
Suasana Unik di Batavia Marina
Batavia Marina ini adalah restoran yang letaknya persis di depan marina atau pelabuhan kapal-kapal pribadi. Kapan lagi kan makan sambil melihat kapal-kapal mewah yang diparkir? 😀
Interiornya bernuansa klasik dan membuat pengunjung seolah-olah sedang berada di dalam kapal pesiar mewah.

Dari lantai 2 restoran, pengunjung dapat melihat pemandangan Pelabuhan Sunda Kelapa, dermaga, dan laut lepas Jakarta sambil menikmati angin laut yang sepoi-sepoi. Such a relieve dari stress-nya di rumah saja akibat pandemi.

Kebetulan, saat sore hari berkunjung ke sana, lantai dasar sedang dipakai untuk wedding. Biasanya, restoran untuk pengunjung terletak di lantai dasar.
Wajib Coba Tom Yum Seafood dan Gelatonya, Lezat!
Sore itu, kami memesan sup tom yum seafood, bitterbalen (bola-bola daging keju), sosis kentang goreng, dan waffle dengan gelato sebagai penutup. Untuk minumannya, kami memesan lemon tea hangat dan dingin.

Tom yum seafood yang disajikan di Batavia Marina ini segar sekali. Perpaduan antara rasa asam, gurih, dan aneka rempah seperti jahe dan sereh membuatnya begitu kaya rasa. Isian seafoodnya juga tidak pelit, ada udang, cumi, bola-bola ikan, dan masih banyak lagi. Uniknya, di dalam sup ini diceplokkan telur asin mentah yang dimasak di dalamnya. Enak bangeet 😀

Kalau bitterbalen ini adalah menu favorit anak-anak. Disajikan dengan kentang goreng, bitterbalen ini cukup mengenyangkan. Gurih dan berisikan daging giling yang lembut.

Untuk penutup, kami memesan waffle yang disajikan bersama dengan gelato. Maaf gelato-nya tidak ada di foto, karena keburu dihabiskan oleh bocah-bocah 😀 Mereka tampak senang sekali. Gelato yang disajikan rasanya seperti mangga, namun rasanya cukup unik, lembut dan tidak terlalu manis. Kalau berkunjung ke Batavia Marina, wajib coba juga gelatonya, ya!


Kami menghabiskan waktu di sini hingga azan Magrib sebelum pulang ke rumah. Pemandangan pelabuhan di malam hari cukup indah, dengan kerlap-kerlip lampu yang berpendar.
Protokol Kesehatan di Batavia Marina
Selain makanannya yang enak, protokol kesehatan di Batavia Marina juga sangat baik. Seluruh stafnya sudah divaksin, serta menggunakan masker dan faceshield. Jumlah pengunjung juga sangat dibatasi sehingga tak perlu takut berdesakan dengan pengunjung lain. Setiap pengunjung juga dibatasi untuk berada di area restoran maksimal 1 jam dari hidangan mulai disajikan.
Biaya
Untuk 4 hidangan dan 2 minuman, kami menghabiskan biaya Rp 365.000 termasuk pajak dan service charge. Menurut saya, harganya cukup sepadan karena porsinya lumayan besar. Keseluruhan makanan tersebut pun tak sanggup kami habiskan sendiri, dan berujung dibungkus 😀
Akhir Pekan yang Menyenangkan
Alhamdulillah, akhir pekan kali ini cukup berkesan dan menyenangkan. Anak-anak happy, ayah dan ibu juga bisa refreshing sejenak (walau tetap harus menjaga anak-anak). Semoga di waktu yang mendatang, ada kesempatan lain untuk jalan-jalan dengan aman, dan tentunya mematuhi protokol kesehatan.
Apakah kamu punya rekomendasi tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga? Share di kolom komentar, ya!
Referensi:
- Batavia Marina. 2021. Batavia Marina. Sumber
- Kumparan. 2018. Keangkeran Toko Merah Kota Tua. Sumber
- Traveloka. 2020. 13 Spot Wisata di Kawasan Kota Tua Jakarta Terbaik. Sumber
di sana banyak ayng dilihat gak cukup cuma sehari ya
Iya Mbaak.. banyak sekalo objek wisatanya
Padahal yaaa 2 tempat ini ga jauh2 amat dari rumahku. Tapi sampe skr ga pernah datangin. Malah kagum sendiri liat kali di kota tua udah cantik begitu :o. Kalo ttg toko merah, aku malah jadi penasaran mau cari tau sejarahnya mba. Tertarik pas tau ada pembunuhan massal di sana.
Sama Mbak, aku juga jadi penasaran ngulik-ngulik sejarahnya. Penasaran juga sih sebenarnya pengen masuk ke dalam, tapi takut :))
Mbak foto fotonya bagus banget sih apalagi pas di jendela, jadi pengen makan di batavia marina.
Terima kasih Mbak, memang tempatnya indah dan bagus untuk foto-foto 🙂
Terakhir ke kota tua 2018, sekarang makin rapi dan bersih ya. Karena sekarang ga di Jakarta jadi kangen banget sama kota tua, kangen jelajah ke museumnya
Iyaa kapan yaa bisa ke museum lagi 🙁
Jadi pengen main ke KOta Tua lagi, terutama ke Batavia Marina, yang edisi lalu ( akhir 2019) belum sempat kesana. Sepertinya kalau ke KOta tua saat-saat sekarang akan bisa lebih jenak karena jumlah pengujungnya dibatasi ya.
Aku ingat banget deh kondisi Kota Tua pra-pandemic: super penuuh banget sama gerombolan orang dan jualan (terutama di area sekitar Fatahillah). Sekarang sih alhamdulillah enggak, atau timing-ku dateng aja yang pas 😀
Menyenangkan sekali akhir pekannya mbak, terakhir ke Kota Tua tahun 2016 nih aku. Sekarang pasti udah banyak yang berubah. Belum puas juga rasanya, malah nggak sempat ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Aku suka banget wisata sejarah kayak gini, bisa nambah pengetahuan juga.
Iya, senang banget wisata sejarah seperti ini Mbak..
ak udah feeling pas liat fotonya pasti toko Merah itu ada nuansa mistisnya hahha, dan baca artikelmu fix deh, duh aku juga gak suka memang mba di lokasi kaya gitu emang betul feelnya pengap dan sesak
Beneer deh, mending gak usah deket-deket area situ lama-lama Mbak hahaha
Kali besar kota tua ini, terakhir aku tinggal di Jkt awal 2019 masih on progress. Sekarang sudah rapi ya ternyata. Semoga next bisa main2 kesana sambil naik bus tingkat hihi.
Waah asyik tuuh naik bus tingkat sambil berwisata, anak-anak pasti senang.
Waktu ke kawasan Kota Tua, Daku sama kawan-kawan hanya di Kali Besar lalu muter sampai balik lagunya ke depan meriam. Ke Toko Merah sih nggak, dan nggak berani juga karena sejarahnya
Hihi aku juga baru tau sejarahnya setelah mengunjungi 😀
cantik banget ya kota tua ini, masih terpelihara baik juga yaaa, enak nih buat wisata santai sama anak-anak 🙂
Iyes mbaak.. dan murmer.. hehehe
Yaampun aku belum ke sini-sini lagi since, hmm.. entahlah udah lama betul hehe. Pas ke sana terakhir kalinya lagi puadaattt banget sehingga nggak bisa nongkrong2 dan foto2 juga, yang ada takut copet :))
Duh, kangeeennn Kota Tua.
Beneer, pra-pandemic sih parah rame sumpek dan sesaak banget.. Kemarin sih aku ke sana sepii enak buat duduk-duduk.
Pengen ke Batavia Marina… kayaknya seru banget.. aku bekum pernah ke sana. Tapi kalau dari Bogor, naik motor lumayan encog ya Mbak. Heheh kalau gitu perlu mencoba menggunakan kereta saja, agar anak2 bisa tahu transportasi umum juga. Mksh ulasannya Mbak.
Turun di St. Jakarta Kota aja Mbak dilanjut naik grab/ gocar, gak terlalu jauh ko Mbak 😀
Sudah lama nggak ke kota tua, perubahannya lumayan signifikan ya. Makin cakep deh Mbak. Pengin juga deh ke sekitaran Sunda Kelapa tapi dah lama banget belum kesampaian. Semoga bisa nyicipin jalan-jalan ke sana sebelum pindah dari Bogor.
Iya Mbaak semoga bisa jalan-jalan ke sini yaa
Sudah lama mendengar keindahan dan keunikan Kawasan Kota Tua, bahkan kawasan cagar budaya ini menjadi bahasan yang ada di salah satu buku saya. Semoga kapan-kapan saya bisa mengunjungi Kota Tua dan menikmati bangunan-bangunan bersejarah di sana.
Setelah melihat foto-fotonya, jadi pengen berkunjung kesana deh. Kapan yah bisa kesana, huhu
Udah lama nggak main ke kota tua, sekarang lebih bagus ya. walaupun masih panas dan gersang tapi emang instagramable banget dan bagus buat foto2. Sekarang udah buka buat umum kan ya?
Memang ngga ngebosenin kalau ke Kota Tua, pas ngajar IPS dan PPKN juga saya infokan ke anak-anak tentang sejarah tempat ini. Terima kasih ulasannya mbak!
Jiwa traveling saya meronta-meronta kembali setelah baca cerita mbaknya, ada rencana memang untuk balik ke sumatera via jalur darat dari Surabaya ini, biar sekalian traveling, semoga aja terwujud, hehe
Gilaak keren banget yah, kayak di eropa gitu… Btw kalo kesana harus nyiapin badget yang lumayan juga yahh
Seru nih kayaknya. Aku udah pernah ke kota tua nya Semarang, Surabaya, Bandung. Tinggal Jakarta nih yg belum.
Belom pernah menginjakkan kaki ke situ. Karna dr kecil di flores, kuliah di jawa pun di jatim. Jauh dr ibu kota… Semoga next bisa main ke situu..
Pengen banget pergi liburan ilangin mumet karna kerjaan. Seru banget kayaknya ya kak…
Pengen banget pergi liburan ilangin mumet karna kerjaan. Seru banget kayaknya ya kak…………
Tidak bisa jalan-jalan karena terkendala biaya, tapi dengan baca artikel ini, berasa badan sudah jalan-jalan ke sana 😀
Mungkin selain jadi wisata, sejarahnya bisa kita perkenalkan kepada anak-anak. Makanya aku pribadipun, ga pernah bosan untuk main ke kota tua dan sekitar.