Yang Perlu Kamu Tahu tentang Makanan di Pesawat – Travelers, pernah nggak kepikiran; kenapa sih makanan di pesawat rasanya gitu-gitu doang? Kenapa kita nggak bisa makan bakso, mie ayam, steak, atau gourmet ala restoran bintang lima di pesawat? Rasanya enak ya kalau bisa makan mie instan dengan irisan cabe rawit dan telur setengah matang di pesawat. Tapi tahu nggak Travelers, proses hingga makanan dapat tersaji di kursi pesawatmu itu nggak mudah lho. Yuk, kita intip prosesnya.
Proses Penyiapan Makanan
Dikutip dari The Jakarta Post yang mengunjungi Aerofood ACS, salah satu grup perusahaan maskapai pelat merah Garuda Indonesia yang bergerak di bidang in-flight and industrial catering services, proses penyiapan makanan/ in-flight meals secara umum terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: cook, chill, and serve.
Aerofood ACS melayani hingga 180 penerbangan yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta setiap harinya. Waktu persiapan makanan bergantung pada jadwal penerbangan. Umumnya, makanan disiapkan 12 – 18 jam sebelum waktu penerbangan.
Pertama-tama, bahan makanan disortir serta diproses sesuai dengan permintaan maskapai. Setiap maskapai memiliki standar tersendiri untuk in-flight meals. Sebagai contoh, potongan buah di satu maskapai dengan maskapai lainnya dapat berbeda. Hal ini harus diakomodir oleh perusahaan katering penerbangan.
Setelah makanan selesai dimasak, makanan didinginkan hingga temperatur -10 derajat Celsius selama maksimal 4 jam. Hal ini dilakukan untuk membunuh bakteri. Makanan yang tidak melewati proses pendinginan harus dibuang karena tidak steril. Setelah itu, makanan diletakkan di chiller/pendingin berdasarkan jenisnya (ayam/ ikan, buah, roti, puding, dll).
Selanjutnya, proses “dishing” dilakukan. Dishing adalah sebuah proses dimana makanan “ditata” sesuai dengan bagaimana nantinya akan disajikan di depan penumpang. Setelah itu, makanan kembali didinginkan.
Sebelum waktu penerbangan, makanan disimpan dalam loading room minimal 3 jam sebelum waktu keberangkatan, dan kemudian diangkut oleh high-lift truck ke dalam pesawat. Selanjutnya, awak kabin memanaskan makanan sebelum disajikan kepada penumpang pesawat.
Fiuh, lumayan panjang ya prosesnya? Oleh karena itu, apabila ada keterlambatan penerbangan yang cukup fatal (6-8 jam dari jadwal), makanan yang seharusnya disajikan harus dibuang karena dianggap tidak layak saji.
Food Safety yang Utama
Bagi industri in-flight catering services, food safety adalah hal yang paling utama. Bisa dibayangin nggak, ada ratusan orang di pesawat mengalami food poisoning? Oleh karena itu proses pembuatan in-flight meal sangat steril dan melewati beberapa tahap pendinginan.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (alergi, food poisoning, dll), pilot dan kopilot memakan 2 makanan yang berbeda. Serem juga kalau pilot dan kopilot dua-duanya sakit perut habis memakan makanan, siapa yang menerbangkan pesawatnya nanti.
Standar Pelayanan Makanan dan Minuman di Pesawat
Berdasarkan PM no. 185 tahun 2015, Kementerian Perhubungan telah menetapkan standar makanan dan minuman di pesawat berdasarkan kelompok pelayanan sebagai berikut:
1.Full Service, menyediakan makanan dan minuman tanpa tambahan biaya dengan ketentuan penerbangan sampai dengan 90 menit mendapatkan minuman dan snack, serta penerbangan di atas 90 menit mendapatkan minuman dan makanan berat.
2. Medium Service, menyediakan snack dan air mineral tanpa biaya tambahan.
3. No Frills, menyediakan makanan dan minuman dengan biaya tambahan.
Kalau naik pesawat, biasanya kamu menggunakan layanan yang mana, nih? 😀
Baca Juga: 9 Tipe Penumpang Pesawat yang Menyebalkan
Mengapa Makanan di Pesawat Terasa Hambar?

Kalau kamu berpikir bahwa “salah maskapainya” jika makanan di pesawat terasa hambar, well, itu bukan sepenuhnya salah mereka kok. Dikutip dari BBC.com, di ketinggian 30,000 kaki, makanan akan terasa berbeda dengan di darat karena 3 faktor ini: kelembaban rendah (lack of humidity), tekanan udara rendah (lower air pressure), dan suara bising (background noise).
Di ketinggian 30,000 kaki, kelembaban udara hanya berkisar sekitar 12%, lebih kering daripada gurun pasir. Berdasarkan studi Germany’s Fraunhofer Institute for Building Physics (2010) yang diinisiasi oleh maskapai Lufthansa, kombinasi antara kelembaban rendah dan tekanan udara rendah mengurangi sensitivitas kita terhadap rasa manis dan asin hingga 30%. Menariknya, indra pengecap asam, pahit, dan pedas tidak terpengaruh oleh hal tersebut.
Tidak hanya oleh hidung dan mulut, ternyata indra pengecap kita juga dipengaruhi oleh telinga. Dilansir dari BBC, studi dari psikolog membuktikan bahwa orang yang makan di ruangan yang bising melaporkan bahwa makanannya terasa kurang asin dan kurang manis daripada mereka yang makan di ruangan yang hening. Di kabin pesawat, bunyi mesin pesawat mungkin terasa bising dan mempengaruhi bagaimana kita merasakan makanan.
Untuk mengatasinya, perusahaan in-flight catering membumbui makanan dengan lebih intens, dan mungkin menambahkan garam dan gula hingga 30% lebih banyak. Jadi, yup.. makanan yang kamu makan di pesawat mengandung gula dan garam yang lebih tinggi.
Tips Makan dan Minum di Pesawat
Nah Travelers, sekarang kamu sudah tahu nih tentang fakta-fakta makanan di pesawat. Sekarang, saya mau membagikan 3 tips saat makan dan minum di pesawat.
1. Bersihkan Tray Makanan Sebelum Digunakan
Ini wajib banget dilakukan. Walaupun pesawat mengalami proses sanitasi diantara jadwal penerbangan, ada kemungkinan tray makanan luput dari proses pembersihan. Apalagi, di masa pandemi COVID-19 ini kita harus ekstra bersih dan hati-hati. Berdasarkan penelitian Travelmath.com, tray makanan pesawat mengandung 8 kali lebih banyak bakteri dibandingkan tombol flush di lavatory/ toilet pesawat.
2. Usahakan Tidak Meminta Minuman Panas
Masih berkaitan dengan kebersihan, usahakan untuk tidak meminta minuman panas. Tangki air di pesawat mungkin tidak dibersihkan setiap kali penerbangan dan mungkin mengandung bakteri. Amannya, makan dan minumlah apapun yang berada dalam kemasan. Sesuai dengan peraturan Kementerian Perhubungan juga, di masa pandemi ini makanan dan minuman di pesawat hanya boleh disajikan dalam kemasan untuk meminimalisir kontaminasi virus.
Baca juga: Amankah Terbang di Masa Pandemi?
3. Hindari Kafein dan Minuman Beralkohol
Berada di ketinggian 30,000 kaki membuat tubuh kita sangat rentan akan dehidrasi. Oleh karena itu, perbanyak konsumsi air mineral dan hindari kafein (kopi dan teh) serta minuman beralkohol agar tubuh tetap bugar.
So Travelers, apakah kamu punya in-flight meals favorit? Kalau favorit saya adalah ikan bumbu kuning dan omelet dari maskapai Garuda Indonesia. Walaupun makan di pesawat, tapi rasanya masih tetap mantap. Yuk, sharing pendapatmu di comment!
Referensi:
- BBC.com. 2015. Why Does Food Tastes Different on Planes. Sumber
- Jakarta Post, The. 2016. The Interesting Facts about Your In-Flight Meals. Sumber
- JDIH Dephub. 2020. SE 13 tahun 2020 tentang Operasional Transportasi Udara dalam Masa Kegiatan Masyarakat Produktif dan Aman dari COVID-19. Sumber
- Mashed.com. 2020. The Truth About Your Airplane Meals. Sumber
- Travelmath.com. Airline Hygiene Exposed. Sumber
Banner image: Photo by Toni Osmundson on Unsplash
Aku sejujurnya gak ada. Karena jarang banget flight yang sampai lebih dari 2 jam. Tapi garuda Indonesia memang paling the best apalagi servicenya ya.
Btw aku liat blognya banyak berisi tentang pesawat dan penerbangan ya.
Menurutku Garuda Indonesia itu makanan dan pelayanannya the best. Kalau di maskapai nasional lain, banyak yang kurang tasty makanannya hehe. Iya Mba.. 🙂
begitu ya, jadi seenak apapun masakannya kalau dimakan di atas pesawat jadi gak enak ya. pengalaman aku juga begitu, hambar
Seenak-enaknya makanan pesawat tetap lebih enak makan di darat, hehe
Aku ga terbayang gimana caranya untuk cover makanan pengganti yang harus direlakan ‘dibuang’ gara-gara pesawat delay. Pasti hectic banget itu di pantry nyaa
Mungkin mereka kalau masak tidak ngepas Mba, jadi ada cadangan jika sewaktu-waktu ada delay.
alaupun terasa hambar..aku selalu antusias sama makanan pesawat.menurutku enak2 aja apalagi menu indonesia banget hahahaha
aku baru tau pilot dan co pilot nyobain makanan yang berbeda hehehe
#walaupun — typo hehe
Sama, aku juga selalu antusias dan penasaran, wah makan apa lagi nih.. apa lagi.. hehehe
Bahasan yang menarik, Mbak. Aku baru tahu kalau sensitivitas lidah dalam mengecap rasa asin juga dipengaruhi kelembapan dan tekanan udara. Trus kalau pesawat delay lamaa kenapa makanannya nggak dikasih calon penumpang aja ya? Daripada dibuang, berasa sayang hehehe.
Hehe karena itu makanan khusus u/ di pesawat mbak (tingkat asin dan manisnya sudah dilebihkan), takutnya ngga sesuai juga dengan taste kalau di darat (bisa jadi). Dan untuk penumpang yang kena delay, sudah kewajiban maskapai untuk memberikan makanan ringan atau berat sesuai dengan kompensasi.
Wah baru tahu kalau sebaiknya gak minum minuman panas, seringnya paling minta jus sih, msh dalam kemasan gtu dituangnya
Ya Allah kangen banget aku terrbang dan makan di pesawat walau belakangan aku dah jarang terbang jarak jauh, paling banter cuma 2 jam doank hehe
Setuju Mba, kangeeen bangeet naik pesawat aku tuh.
Panjang banget prosesnya sampai disajikan ke penumpangnya. Ternyata se-detail itu ya prosesnya, bahkan potongan buah aja bisa bedain itu punya maskapai mana. Aku pernah punya pengalaman makan di pesawat, karena ngerasa nggak nyaman makannya, aku bawa aja sampai turun pesawat. Tapi bukan nasi sih, cuma semacam roti lapis aja. Yakali nasi dibawa dikira nasi bungkus. Haha.
Haha iya aku juga kalau nggak selera makan aku bawa pulang, lalu dikasih ke orang lain (misal driver), pasti mereka seneng banget dapet makanan dari pesawat 😀
Baca ini jadi kangen terbang, ini tiket pesawat di tangan reschedule mulu gara-gara gabisa terbang T_T. Kalo menu favorite di pesawat? Gak ada sih. Tapi Garuda untuk service oke sih.
Iyaa Garuda the best 😀
Tiap baca artikel Mbak Diani tentang dunia penerbangan ngasuh insight baru ke aku termasuk soal makanan ini. Terjawab sudah mengapa hambar, gimana cara buatnya. Tapi yang menyedihkan ketika pesawat delay, makanan harus dibuang huhu :((
Haha iya Mbak, jadi kangen naik pesawat ya 😀
Pengetahuan baru banget nih buat aku. Kukira emang begitu loh dari sononya rasa masakannya. Eh ternyata ada pengaruh ketinggian juga ya.
Betul Mba.. jadi banyak faktor yg mempengaruhi rasa makanan di pesawat.
Jadi bagian sistem keseimbangan di dalam telinga mempengaruhi juga rasa manis dalam mulut. Kalau dipertimbangkan ya iya juga sih, karena kan THT ya sehingga gak hanya rasa aja yang mungkin terasa hambar tapi juga aromanya terasa biasa. Padahal kalau sudah didarat baru dah tuh terasa nikmatnya makanan ya hihi
Iyaa bisa jadi begitu Mba.. 😀
aku suka makanan di pesawat, terutama Garuda, AirAsia sama Singapore Airlines, enak enak semua. eh Batik juga lumayan sih hehhe.. tasty dan gak nyangka aja bisa enak di lidah
Wahh Singapore Airlines belum pernah coba.. semoga kita segera bisa naik pesawat lagi yaa..
Garuda ya tetap nomer 1 rasa makanannya. Saya sudah lama sekali tidak naik pesawat , baca ini jadi semangat buat mudik pakai garuda indonesia
Selama naek pesawat blum prnah makan langsung sih, krna cma dpet snack dan slalu ga ku makan di tempat, trnyata byk yg harus diketahui yaa
aku belum pernah coba yang full service, pengen banget dapet heavy meals hehe
waah kudu dicoba sekali-sekali, walaupun rasanya berbeda dengan makan di darat, tapi sensasinya itu menyenangkan 😀
Aku tuh sukaaaaa bgt Ama makanan pesawat mba :p. Justru tiap mau traveling yg juga aku tunggu2 ya makanannya :D. Enak2 semua sih so far. Eh ada sih yg biasa aja, tp blm prnh rasain yg ga enak sampe ga bisa kemakan.
Jadi bingunh kalo hrs pilih fav yg mana. Garuda enak, Lufthansa enak, Saudi juga oke tuh. Even maskapai low cost kayak airasia juga enak. LBH variatif pula.
Apapun maskapainya, aku pasti persen makanan utk pesawat yg makanannya berbayar . Malah tiap kali naik airasia, aku suka lebihin tuh belinya, utk makan setelah turun dr pesawat hahahah
Samaa, aku juga selalu excited sih dengan makanan di pesawat khususnya Garuda ya, karena emang enak-enak. Aku udah pernah ngerasain yang gak enak waktu terbang naik salah satu maskapai L*on Groups, dan ternyata gak sekali itu aja, selanjutnya juga tetap ga enak makanannya.. hahahaha.
Wahhh keren deh Mba Fanny, baru kali ini liat ada yang beli makanan di pesawat dan dilebihin 😀
pernah aku tonton acara laptop si unyil dan kebetulan membahas soal proses persiapan makanan khusus penerbangan. karena aku orang awam, ngeliat tayangan seperti itu tentu saja jadi tau dan kagum. meskipun keliatan dibelakang layar ribet ya kayaknya apalagi nyiapin banyak banget. Bener bener kudu teliti juga nyiapinnya
sejauh ini aku suka nasi lemak dari AA mbak, kadang kalau aku penasaran suka iseng pesen aja, tergantung sepengennya 😀
Oh iyaa ya nasi lemaknya Air Asia, aku malah belum pernah nyobain karena jarang banget terbang dengan Air Asia ;D keren sih itu di Malaysia mereka sampai punya restorannya sendiri.
ooo jadi bumbunya ditambahin biar lebih berasa yaa. Hmmm jaid keinget waktu aku pakai emirats, makanannya enak sekali, bumbu rempahnya berasa. Kalau begitu seandainya makan di darat pasti rasanya jauh lebih tajam yaa
Betul begitu Mbak, karena indera pengecap kita menjadi kurang sensitif saat terbang di udara.
Wah ni aku baru tau loh, ternyata gak bisa asal-asal ya nyiapin makanan untuk di pesawat tuh, banyak aturannya ternyata untuk food safetynya juga
Benar Mbak, food safety yang utama. Serem banget kalau ratusan orang di udara food poisoning, mau kemana cobaa di langit nggak ada rumah sakit.
Apakah penulis posting ini pernah bekerja di dunia yang berkaitan dengan penerbangan? Tulisannya detail sekali.
Halo Mas, iya saya pernah bekerja di perusahaan kebandarudaraan 😀
Aku pernah berkesempatan datang ke pabrik/katering yang nyiapin makanan untuk Garuda. Keren banget liat prosesnya. Padahal itu “hanya” camilan. Belom lagi untuk penerbangan panjang kan ada makanan berat. Jadi tahu segala macam proses penyiapannya.
wah senangnya Mas, aku malah belum pernah berkunjung langsung nih, semoga berkesempatan di waktu yang akan datang.