Di masa pandemi ini, transportasi udara sudah kembali dibuka. Banyak orang yang sudah mulai terbang dengan pesawat, baik untuk urusan dinas, urusan keluarga, maupun liburan.
Terbang di masa pandemi ini menjadi ketakutan tersendiri bagi sebagian orang. Berada di ruangan tertutup ber-AC bersama dengan puluhan atau ratusan orang lainnya yang tak jelas habis dari mana, bertemu dengan siapa, protokol kesehatannya seperti apa tentu menimbulkan kekhawatiran akan transmisi virus COVID-19. Sebenarnya, seberapa besarkah kemungkinan seseorang terpapar virus COVID-19 saat melakukan perjalanan udara?
Kasus Transmisi COVID-19 di Pesawat
Selama bulan Januari – Juli 2020, IATA (International Air Transport Association/ asosiasi perusahaan maskapai penerbangan internasional) menemukan fakta bahwa terdapat 44 orang yang terpapar COVID-19 di pesawat udara selama periode waktu tersebut. Di saat yang sama, terdapat 1,2 milyar penumpang yang melakukan penerbangan. Hal tersebut berarti 1 kasus untuk setiap 27,3 juta penumpang.
Namun, klaim tersebut dikritik oleh epidemiologis dan pakar penerbangan.
We know that the coronavirus has been transported by people traveling from one place to another on planes, but we donβt know exactly how many people have contracted the virus on a plane. In order to know how many people caught the virus on a single flight, everyone on the flight would have to be tested as soon as they got off.
New York Times
Seperti dikutip dari New York Times, untuk mengetahui berapa banyak orang yang terjangkit virus dalam satu penerbangan, maka setiap orang harus segera dites setelah mendarat.
Sistem Udara di Kabin Pesawat

Sebenarnya, bagaimanakah sistem udara di kabin pesawat? Apakah sama dengan sistem udara di ruangan pada umumnya?
Dalam media briefing IATA bersama dengan perusahaan manufaktur pesawat Airbus – Boeing – Embraer bulan Oktober 2020, dijelaskan mengenai sistem udara di kabin pesawat serta rendahnya kemungkinan transmisi COVID-19 di pesawat udara.
Airbus menjelaskan bahwa udara yang ada di kabin pesawat selalu diganti setiap 2-3 menit sekali melalui sistem mesin jet pesawat. Hal tersebut berarti sekitar 20-30 kali per jam. Bandingkan dengan di kantor atau tempat umum lainnya (2-3 kali per jam).
Baca juga: 30 Istilah Penerbangan yang Wajib Kamu Tahu
Sistem udara di kabin pesawat juga menggunakan HEPA (High Efficiency Particular Air) filter yang dapat menyaring 99,9% partikel yang ada di udara, termasuk virus.

Udara bersih dari pesawat dialirkan dari atas ke bawah sehingga udara tidak tercampur dengan penumpang di kursi sebelah. Selain itu, penumpang pesawat tidak duduk berhadapan dan terdapat kursi sebagai pembatas/ barrier sehingga meminimalkan transmisi virus.
Studi Airbus Tentang Keamanan Terbang di Kala Pandemi

Airbus melakukan studi mengenai pergerakan partikel di pesawat. Kombinasi antara masker, gaya gravitasi, sistem udara di kabin pesawat, serta protokol kesehatan dapat meminimalkan transmisi droplet antar penumpang. Bahkan, menurut studi tersebut, physical distancing di dalam kabin pesawat dapat tercapai bahkan pada saat seluruh kursi terisi penuh.

Ada sebuah temuan menarik berdasarkan rekomendasi CDC (Center for Disease Control and Prevention, lembaga kesehatan US). Dengan membandingkan antara physical distancing di ruang biasa (rumah, kantor, dll) dan di pesawat udara, didapatkan fakta bahwa kondisi physical distancing sejauh 6 kaki (1,8 meter) di ruang biasa tanpa masker sama dengan 1 kaki (0,3 meter) di kabin pesawat dengan menggunakan masker. Hal tersebut dapat tercapai berkat seluruh fasilitas yang terdapat di kabin pesawat.
Aturan Kemenhub tentang Kapasitas Maksimum Penumpang Pesawat
Kementerian Perhubungan sendiri melalui Surat Edaran 13 Tahun 2020 tentang Operasional Transportasi Udara dalam Masa Kegiatan Masyarakat Produktif dan Aman dari COVID-19 menegaskan bahwa pesawat udara komersial berjadwal hanya boleh mengangkut maksimal 70% dari kapasitas penumpang. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga physical distancing di dalam pesawat. Selain itu, maskapai diwajibkan untuk mengosongkan 3 baris kursi di satu sisi pesawat sebagai tempat karantina bagi penumpang atau awak kabin yang terindikasi terpapar COVID-19.
Baca juga: 9 Tipe Penumpang Pesawat yang Menyebalkan
Namun, pada kenyataannya banyak maskapai yang beroperasi tidak mengindahkan batas maksimal kapasitas penumpang tersebut. Kursi tengah yang diberi tanda silang pun terkadang diisi penumpang. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi penumpang pesawat karena tidak bisa menerapkan aturan jaga jarak.
Multiple Layers of Safety Throughout The Journey

Bagaimana dengan kursi tengah pesawat? Apakah harus dikosongkan?
Baca juga: Profesi Apa Saja yang Ada di Bandara?
IATA tidak merekomendasikan pengosongan kursi tengah pesawat. Namun, IATA merekomendasikan protokol kesehatan yang ketat sebelum, selama, dan setelah perjalanan udara. Apa saja?
1. Health screening sebelum check-in (pemeriksaan dokumen PCR atau rapid test)
2. Sistem check-in dan drop bagasi mandiri
3. Sanitasi bandara serta kabin pesawat
4. Physical distancing di bandara dan kabin pesawat
5. Penggunaan masker bagi penumpang dan awak kabin
6. Meminimalisir layanan kabin, seperti penyajian makanan dan minuman
7. Menghindari terlalu banyak pergerakan penumpang di pesawat agar tidak menimbulkan kerumunan
8. Proses imigrasi dan bea cukai secara contactless.
Kesimpulan
Jadi, apakah aman untuk terbang di masa pandemi ini? Dengan memperhatikan teknologi yang terdapat pada kabin pesawat tentu moda transportasi udara jauh lebih aman dibandingkan moda transportasi lainnya.
Namun, hal tersebut tidak berarti terbang dengan pesawat bebas virus 100%. Potensi penularan virus masih ada walaupun rendah. Melihat perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia yang makin menanjak baik di daerah asal maupun tujuan, alangkah baiknya jika kita menunda dulu bepergian yang kurang esensial.
Referensi
- IATA. 8 Oktober 2020. Media Briefing COVID-19 and Risk of Inflight Transmission. Link
- IATA Media briefing – Airbus presentation. 8 Oktober 2020. Airbus Trusts Air Travel. Link
- IATA. On Board The Aircraft. Link
- JDIH Kemenhub. Surat Edaran Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2020 tentang Operasional Transportasi Udara dalam Masa Kegiatan Masyarakat Produktif dan Aman dari COVID-19. Link
- Lonely Planet. 14 Oktober 2020. The Risk of Catching COVID-19 on a Flight is Low, Says Air Transport Group. Link
- New York Times. 25 November 2020. Is It Safe to Fly During the Pandemic? Answers From the Experts. Link
- Tempo Bisnis. 16 Oktober 2020. Angkut Penumpang ke Yogya, Batik Air Abaikan Aturan Jaga Jarak. Link
Huh hah aku tgl 25 mau naik pesawat nih! Yang jelas hanya bisa memaksimalkan prokes ke diri sendiri dan klrga, gak bisa ngandelin org lain. Sebisa sejauh mungkin dr orang2, handsanitizer-masker-face shield jd senjata perang utama..
Waah.. semoga sehat dan selamat sampai tujuan Ma..
Aku lebih suka dirumah dulu karna gak mau ribet hehe
Samaa dong π
aku mah pending dulu, rencana sih mau jalan2 setelah paksu pnesiun, mau nimkati masa2 berdua tp gagal total. semoga pandemi cpt berlalu
Amiin Mba, udah kangen banget jalan-jalan
Saya juga masih belum berani berpergian jauh, apalagi naik pesawat. At least sekarang udah ada vaksin, penasaran tahun depan udah normal boleh traveling atau gimana hehe.
Waaaa blogku dikunjungi nonanomad *amazed* Iyaa Mba, udah rindu banget jalan-jalan. Sekarang kita di rumah dulu biar aman. Ada vaksin pun katanya gak serta merta menghentikan pandemi, tetap butuh proses.
Suka alur tulisannya. Panjang lebar menjelaskan lengkap dengan kutipan berbagai sumber, di akhirnya ada simpulan. Yes kalau gak penting banget, di rumah dulu aja. Sehat selamat semuanya.
Terima kasih Mba, semoga sehat selalu π
Aku belum berani bepergian begitu jauh nih mbak. Tapi tetep berdoa semoga kita semua dilindungi dan pandemi ini segera berakhir, aamiin…
Amiin akupun masih di rumah aja Mba, ga berani kemana-mana apalagi ke luar kota.
Aku sebenarnya juga khawatir soal terbang ini. Makanya belum berani pulang kampung ke rumah orang tua karena naik pesawat. Jadinya pulang ke rumah mertua saja. Semoga para penumpang yang saat ini menggunakan pesawat tetap sehat-sehat selalu aamiin.
Amiin Mba. Aku soal di pesawatnya sih insya Allah yakin aman. Tapi gimana dengan perjalanan dari/ke bandara dan di bandaranya sendiri aku masih belum yakin buat terbang lagi.
Seriously mba itu risetnya bahwa even gak dijarakkin selama semua penumpang pake masker dengan proper lebih low resikonya dibanding kita physical distancing di ruangan tanpa masker? Tapi, aku sih jujur masih agak ngeri kalo gak berjarak gitu huhu
Iya mba kalau berdasarkan hasil rekomendasinya seperti itu. Betul Mba aku pun sekarang parno kalau harus berada dekat dengan orang lain yang tidak dikenal.
iya ya, sirkulasi udara di pesawat lebih bersih yaa.. tapi aku males pcr test nya xD apalagi kalo traveling mesti bawa bocah2.. hiks
Iya, aku nggak sanggup membayangkan resikonya kalau traveling bawa anak-anak di masa kayak sekarang ini. Memang sebaiknya di rumah saja ya Mba.
pas bgt nih mba kmren suami bahas ini jga, skrg jdi lbih paham de baca artikel ini
Terima kasih π
Semoga secepatnya kita semua bisa menikmati penerbangan dengan hati tenang dan tanpa was2 ya mbak. Kangen mudik ke rumah ortu dan mertua π
Amiin Mbak.. aku yakin pun sekarang banyak banget yang terpisah jarak dengan orang terkasih. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk melewati pandemi ini yaa
Meskipun kelihatannya bepergian dengan pesawat jauh lebih aman dibanding dengan moda transportasi lain, tapi tetap aja sih was-was. Jadi mending stay at home aja dulu ya jika tidak urgent.
Semoga pandemi ini segera berakhir biar kita bisa bepergian dengan aman lagi.
Amiin Mba.. yukk di rumah aja ngga usah jalan-jalan dulu.
Masih blm berani sih naik kendaraan umum selama pandemi ini. Jadi cara aman aja kalo gak dirumah aja ya naik pribadi aja hihii
Iya sama Mba, takut banget aku kalo liat kerumunan orang
Selama thn 2020, aku ga pernah naik pesawat . Ga berani aja gitu ngadepin risiko ngumpul sm bnyk org di ruangan pesawat yg gak luas menurutku. Makasi infonya mba, jadi tau nih keamanan selama pandemi di pesawat.
Sama Mba.. aku takut berada di kerumunan orang. Jadi sekarang merasa lebih aman kalau di rumah aja.
Semoga tetap aman ya beeprgian naik pesawat tapi kalo aku jarang banget bepergian jauh selama masa pandemi ini.
Amin Mba.. sama banget kita π
Aman gak aman juga sih mbak. Yang penting kita tetap mengikuti instruksi protokol kesehatan aja ye kan? Hehe
Salam hangat, Ibadah Mimpi
Iya betul, dan kalau bukan untuk hal mendesak lebih baik stay di rumah saja, lebih aman.
stay safe and stay healthy ya kak π
U too Mba π
Jujur aku masih takut kemana mana selama pandemi. Terlebih naik pesawat karena ada kenalan cerita, yang ternyata oramg tsb positif, padahal habis naik pesawat, otg. Kebayangkan hak tidak diinginkan bisa terjadi
ya ampun, serem juga Mba. Aku juga nggak kemana-mana Mba, di rumah aja karena nggak siap dengan resikonya.
Sbnrnya ya mba, alasan aku sampe skr ga mau naik pesawat, dan LBH milih naik mobil pribadi, itu Krn ga kepengen tes pcr. Aku udh trauma Ama sakitnya tiap kali dicucuk. Pas positif covid dulu, itu kan Ampe 5 x tes, dan udh ga pgn lagi ngerasain hahahahaha. Makanya aku stop dululah naik pesawat ini.
Sampe nanti udh divaksin baru aku mau naik lagi. Katanya kan kalo udh vaksin komplit ga perlu tes lagi. Aku sabar aja berarti :D.
Iya ih aku mau swab PCR, antigen, tetep aja sakit dicolok-colok. Sekarang katanya udah bisa PCR saliva Mba, jadi pakai air liur. Kalau di Jakarta ada di GSI Lab Fatmawati. Wahhh iyakahh? Aku juga nungguin vaksin ajalah π Semoga sehat selalu ya Mba Fanny dan keluarga.
sempet mau terbang di masa pandemi kemarin ini, tapi batal karena ada urusan lain
sempet was was juga mbak pas mau pergi naik pesawat, dan udah persiapan urus buat swab juga