Hidup membawa saya ke fase lain. Saya menikah dan hamil. Lantas, masih bisakah saya menjalankan hobi traveling?
Satu hal yang membuat saya mulai untuk menulis di blog ini adalah kecintaan saya pada menjelajah; melakukan perjalanan, atau traveling.
Saya senang menjelajah apapun, pantai, gunung, museum dan galeri antik, hutan, tempat makan, sebutlah semua itu. Ada suatu perasaan yang tak mudah diungkapkan dengan kata; sebuah perasaan yang membuat saya benar-benar ‘hidup’ dan utuh.
Perasaan bahagia ketika wajah saya diterpa angin laut, damainya menghirup napas dalam-dalam diantara embun pagi, berenang diantara ikan-ikan di laut, atau sekedar diam menikmati indahnya matahari terbenam sambil membayangkan kemana lagi saya akan menjelajah esok hari.
Walaupun level traveling saya masih cembre se-cembre-cembrenya, tapi hal itulah yang membuat saya benar-benar bahagia. Hobi traveling membuat saya gemar menulis, menuturkan cerita, dan mengabadikan setiap momen menggunakan kamera.
Kehamilan yang ‘Menantang’
Hidup membawa saya ke fase lain. Saya menikah dan hamil. Di usia kehamilan yang sekian minggu, saya merasa shock. Badan yang biasanya segar bugar, kaki yang kuat melangkah kemanapun, serta otak yang (kadang-kadang, hehe) mengeluarkan ide-ide cemerlang, rasanya kaku dan kehilangan fungsi yang sebenarnya.
Selama kurang lebih 4 bulan pertama kehamilan, saya benar-benar K.O. Kerja pun sering izin tidak masuk karena saya benar-benar tidak sanggup untuk sekedar bangun dari tempat tidur. Kepala rasanya sakit dan berat sekali. Belum lagi rasa mual yang luar biasa membuat saya memuntahkan setiap makanan yang masuk.
Sakit kepala yang mendera pun durasinya sangat lama, bisa dari saya membuka mata sampai mau tidur! Untuk sekedar berpikir jernih pun tidak sanggup. Walhasil, badan saya lemas bukan kepalang. Berat badan saya pun turun sampai sekitar 3 kg.
Memasuki bulan kelima dan keenam (saat ini), symptom tersebut tidak kunjung hilang, hanya mereda sedikit saja. Kondisi tersebut membuat saya kesulitan untuk bepergian atau menghadiri kegiatan yang membutuhkan kondisi fisik yang prima. Dalam hal pekerjaan, saya tidak lagi gesit berpindah untuk maraton rapat dari satu instansi ke instansi lainnya. Hancur tidak karuan rasanya badan saya.
Baca juga: Pijat Hamil di Mom n Jo Spa Kemayoran
Saat sindrom bumil tersebut kumat, saya benar-benar lemas lunglai bagai seledri layu (kenapa juga seledri? Nevermind), mata berkunang-kunang, dan tidak bisa berpikir. Makanya semenjak hamil saya tidak pernah berani pergi sendirian. Minimal ada teman atau suami yang bisa mendampingi. Tidak hanya itu, saya juga jadi mabuk darat. Setiap sehabis melakukan perjalanan darat minimal 1 jam, saya pasti muntah-muntah dan pusing seharian. Benar-benar jompo dan tidak berdaya.
Saya sudah berkali-kali membicarakan keluhan ini kepada dokter kandungan saya. Setelah dicek darah, ternyata Hemoglobin saya di ambang batas rendah. Namun, hal tersebut rupanya cukup umum untuk ibu hamil. Saya diberikan resep obat suplemen zat besi. Akan tetapi, suplemen zat besi ini menimbulkan efek samping yaitu mual. Wassalam! 😀 Akhirnya saya cuma bertahan beberapa minggu saja mengkonsumsi obat tersebut, dan mulai nrimo dengan kondisi hamil saya yang manja ini.
Baca juga: Nujuh Bulan Studio, Childbirth Education Center di Bintaro
Sekarang, hidup saya hanya berkisar antara apartemen – kantor – rumah Ibu saya – rumah mertua. Mungkin di lain waktu saya akan traveling bertiga dengan suami dan Insya Allah baby boy yang akan lahir di bulan Juni ini 🙂
Lesson Learned
Kalau dipikir-pikir, Tuhan memang Maha Adil. Dulu saya diberi kesempatan jalan-jalan menjelajahi Indonesia, melangkah kemanapun saya suka, tapi hati saya hampa. Perasaan bahagia ketika traveling tersebut memang bisa mengalihkan perasaan hampa dari kosongnya hati. Namun, rasa hampa itu akan kembali mendera ketika saya lama tidak melakukan perjalanan.
Baca juga: Teman Traveling Seumur Hidup
Sekarang, saya sudah menikah dan menemukan belahan hati sehingga saya merasa ‘utuh’, namun dengan kesempatan jalan-jalan yang lebih sedikit karena kondisi fisik yang belum memungkinkan. Apapun itu, saya bersyukur kepada Allah Swt. atas apa yang saya miliki pada saat ini. Karena saya paham, jutaan perempuan di dunia ini sedang berikhtiar dan berdoa untuk mendapatkan dua garis di testpack, atau bahkan untuk berjumpa dengan sang jodoh. Semoga rekan-rekan pembaca semua disegerakan rezekinya oleh Allah Swt. Amiin 🙂
Akhir kata, saya berharap untuk bisa traveling lagi dalam waktu dekat, minimal ke tempat yang dekat-dekat saja lah. Hehehe 😀 Ada yang punya pengalaman serupa saat hamil? Share di kolom comment, ya.
Aku udh prepare perjalanan ke Beijing jauh2 hr sebelum hamil. Dan 5 hr sebelum berangkat, br ketahuan aku hamil :p. Cm pas dipikir tiket, hotel dll yg udh dibooking, kita ga mau rugi. Perjalanan ttp hrs jadi. Apalagi toh aku ga ngerasa mual, makan ttp kuat, kebo banget pokoknya. Dokterpun ngizinin, dan kita ttp berangkat ke beijing. 7 bulan hamil, aku msh jalan2 jg ke sing dan penang. Masih kuat bener2. Pas lahir anakku suka bgt jalan2 kyk emaknya :p. Tp hamil kedua, walopun ga mual kyk oertama, tp ntah kenapa keinginana traveling ilang. Ga pengen samasekali. Jdilah aku 2 thn vakum, padahal biasanya selalu jalan tiap thn. Pas lahir, anakku yg kedua rumahan banget hahahaha. Tp skr sih, udh kyk biasa lg, rutin traveling tiap thn. Sekalian balas dendam krn 2 thn sebelumnya vakum :p. Dirapel semua negara2 nya hihihi
Waww keren, strong banget mbak! Aku kadang heran (sekaligus iri) sama orang-orang yang babymoon, karena aku baru naik mobil sebentar aja udah mabok :)) Pernah 2x naik pesawat langsung K.O. keesokan harinya dan bener-bener kapok. Hehe. Mungkin nanti saya juga bakal rapel traveling kayak mbak, bener-bener butuh jalan-jalan :p Thank you for sharing ya, Mbak.
Alhamdulillah.. selamat menyambut calon jagoan mak… ntar makin seru deh travelingnya. Dulu parah2nya mual trimester awal. Tp emang ga pergi jauh2 juga. Ke mol aja yang tetep hehe
Hihi iyaa mak, pasti lebih seru nanti kalau si dedek sudah bisa diajak pergi-pergi! Paling aman memang ke mal mak, tapi aku paling mentok setengah jam aja udah puyeng dan minta pulang :p
Semangaaat mba, Semoga lancar-lancar ya sampai kelahiran nanti. 🙂 Aku pernah cancel tripku waktu pas hamil trimester pertama. Baru Tau hamil Dan saat waktunya traveling itu aku flek. Tiket pesawat, hotel udah booking semua alhasil mesti rela deh gak digunain.. Tapi sekarang pas anak udah mulai besar aku bisa traveling lagi sendiri dan alhamdulillah suami support banget.. 🙂
Amiin, terima kasih Mba Dita buat doanya 🙂 huhu iyah mbaa kalau udah flek itu super deg-degan, yg penting dedek sehat ya mbaa. Semoga nanti habis lahiran dan dedek sudah besar, bisa traveling lagi kaya mba dita 😀
Saya bangeet waktu hamil kemaren, selama 9 bulan ngedekaaamm aja di rumah, mabok berat, beruntung maboknya berkurang di usia kehamilan 7 bulanan ke atas.
Dan akhirnya seminggu sebelum lahiran bisa traveling dan berakhir hiking sedikit di bukit (padahal sebelumnya di vonis placenta previa / jangan ditiru )
Halo Mba Reyne 🙂 senasib yah mbaa kitaa.. wah masih kuat hiking kah mba seminggu sebelum lahiran? luar biasa banget mbak 😀
Saat hamil, aku nggak merasakan apapun kecuali lapar, ingin makan, dan kemudian ngantuk. Aku nggak ngerti bagaimana ngidam itu. Mualnya, pusingnya, rasa lemasnya, nggak bisa makannya. Subhanallah ya, perjuangan perempuan yang tengah mengandung.
Dulu jarang pergi-pergi juga, sih. Malah sudah punya anak baru ngider kesana-kemari, hihihi …
Subhanallah.. hebat banget mbak.. aku hamil kemarin lemes gak berdaya. Semoga nanti kalau hamil lagi bisa strong kayak Mbak 🙂