• Aviation
    • Airport Review
    • Air Travel Guide
    • Aviation Facts
    • Safety and Emergency
    • Aviation-Related Profession
    • Public Relations
  • Travel Story
    • Jawa
      • Jakarta
      • Banten
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Yogyakarta
    • Sumatera
      • Lampung
      • Sumatera Utara
    • Bali
    • Kalimantan
      • Kalimantan Selatan
      • Kalimantan Tengah
      • Kalimantan Timur
    • Sulawesi
      • Sulawesi Selatan
      • Sulawesi Tengah
      • Sulawesi Tenggara
      • Sulawesi Utara
    • Nusa Tenggara
      • Nusa Tenggara Barat
      • Nusa Tenggara Timur
    • Overseas
      • Hongkong
      • Saudi Arabia
    • Haji
    • Travel Tips
  • Food
  • Personal
    • Health
    • Marriage
    • Thoughts
  • Sponsored
  • About

Diani Sekaring

Travel Blog

Mengagumi Indahnya Bukit Batu di Rammang-Rammang

Maret 19, 2017 Comments : 4

Anging mammiri ku pasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takkaluppa..

Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
Sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
Pada dia yang sering melupakan

Lagu ini adalah cuplikan lagu ‘Anging Mammiri’, lagu daerah Sulawesi Selatan yang sangat populer. Lagu yang syahdu, bagai buaian akan indahnya alam Sulawesi Selatan.

Jadi, ini adalah kali kedua saya menjejakkan kaki di bumi Sulawesi Selatan. Saya memang sudah ingin sekali mengunjungi Rammang-Rammang sejak dahulu. Melihat Instagram feed orang-orang ketika berkunjung ke tempat ini sungguh membuat saya iri.

Rammang-Rammang adalah sebuah daerah pegunungan karst seluas 45.000 hektar yang terletak di Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Keindahan tempat wisata ini terletak pada eksotisme tebing dan pegunungan batu yang mengelilinginya.

Saya berangkat pada hari Jumat pagi bersama 2 orang kawan, Mbak Thio dan Vivi. Kami tiba di Dermaga 1 Rammang-Rammang pada pukul 8-9 pagi. Ternyata, matahari sudah panas menyengat. Untuk bisa mengelilingi Rammang-Rammang, pengunjung diwajibkan menyewa perahu. Untuk perahu berkapasitas 4 orang, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 200.000. Daftar harganya sudah tertera di pintu masuk dermaga.

Baca juga:  Exotic Sumba (1): Kebudayaan Unik Penduduk Asli Sumba

Pagi itu, belum ada satu pengunjungpun terlihat. Rammang-Rammang sangat sepi, bagaikan milik sendiri. Kami dipandu oleh seorang bapak tua yang mengenakan sarung dan sendal jepit. Tak lama setelah perahu mulai meluncur, saya disuguhi oleh pemandangan indah ini. Selamat datang di Rammang-Rammang!

Perahu kami berjalan berkelok menyusuri aliran sungai, terkadang melewati terowongan batu atau jembatan. Selama perjalanan, tak henti saya berdecak kagum melihat indahnya pegunungan batu Rammang-Rammang. Begitu tinggi menjulang dengan gagahnya.

Sekitar 20 menit kemudian, perahu kami merapat ke Desa Salenrang. Di depan mata saya, terhampar dengan cantiknya pemandangan khas pedesaan dengan latar pegunungan karst di belakangnya.

Rammang-Rammang dalam bahasa asli Makassar berarti awan atau kabut. Tempat ini dinamai demikian karena selalu berkabut pada pagi hari, tak peduli musim apapun itu. Saya langsung membayangkan indahnya matahari terbit di Rammang-Rammang.

Di Desa Salenrang, Rammang-Rammang ini kita bisa melihat kehidupan masyarakat desa. Penduduk yang sedang menanam padi, sapi yang sedang merumput, hingga kawanan bebek yang berenang di empang sungguh menambah asrinya kawasan ini. Duh, seandainya saya datang lebih pagi, pasti suasananya akan lebih indah!

Baca juga:  Selamat Datang di Pulau Peucang!

Kami berjalan menyusuri lumpur dan pematang sawah menuju goa yang terletak di dinding gunung batu. Disinilah petualangan kami bermula. Tak jarang kami hampir terjerembab ke dalam lumpur atau kubangan air setinggi lutut karena jalan setapak yang tertutup oleh rimbunnya rumput. Walhasil, sepatu saya yang semula berwarna biru tua berubah menjadi cokelat. Bagi yang ingin berkunjung ke sini, saya sangat menyarankan untuk menggunakan ransel, sepatu tertutup, dan celana panjang dari bahan yang cepat kering.

Teriknya matahari Rammang-Rammang siang itu membuat kami bercucuran keringat. Setelah kurang lebih 20 menit berjalan kaki menyusuri jebakan batman, kami sampai ke goa. Indahnya pahatan alam membuat saya tak henti mengagumi tempat ini.

Mengikuti si Bapak, kami berjalan menyusuri bukit kapur yang tajam. Wah, kalau kesini pakai sandal jepit, dijamin sudah luka-luka deh. Dari puncak bukit, kami duduk istirahat sejenak menikmati minuman dingin dan berfoto.

Baca juga:  Terpukau Indahnya Linow

Total waktu yang kami habiskan untuk mengelilingi Rammang-Rammang kira-kira 2 jam. Seandainya kami datang lebih pagi, tentu cuaca akan lebih nyaman karena tidak terlalu terik. See you again, Rammang-Rammang!

Tips berkunjung ke Rammang-Rammang:

  • Pergi secara berombongan akan lebih murah, karena pengunjung harus menyewa perahu. Minimal ber 3-4 orang.
  • Gunakan sunblock, kacamata hitam, topi/ payung.
  • Datanglah sepagi mungkin. Selain sepi pengunjung, pemandangan Rammang-Rammang di pagi hari konon luar biasa indah. Selain itu, cuaca cenderung sejuk dan bersahabat.

Bon vacances!

Baca juga:
Kota Tua, Destinasi Akhir Pekan Bersama Keluarga
Staycation Nyaman di Four Seasons Hotel Jakarta
Hindari 7 Kebiasaan Buruk Ini Saat Menginap di Hotel
Singgah di Rest Area Bekas Pabrik Gula Zaman Belanda

4 Comments Categories: Sulawesi, Sulawesi Selatan, Top Stories, Travel Story

Komentar

  1. Justin Larissa mengatakan

    November 23, 2018 pada 7:10 am

    Mba Diani, gimana cara ke Rammang Rammang yah kalau dari Makassar? Pakai agent kah?

    Balas
    • Diani Sekaring Sejati mengatakan

      November 24, 2018 pada 7:36 am

      Aku kebetulan kemarin dianterin driver kantor mbak. Harusnya banyak sih sewa mobil di sana. Enak sewa mobil mbak, habis dari Rammang-Rammang, melipir ke Helena Skybridge di Bantimurung, terus ke Leang-Leang. Topp banget udah.

    • Justin Larissa mengatakan

      November 25, 2018 pada 11:16 am

      Ini semua bisa dalam waktu sehari kah? Atau setengah hari juga bisa?

    • Diani Sekaring Sejati mengatakan

      November 27, 2018 pada 7:48 am

      Setengah hari aku mbak karena lokasinya berdekatan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

About Me

Ibu 2 orang anak yang passionate terhadap dunia aviasi, traveling, dan fotografi. Blog ini berisi kisah perjalanan keluarga kecil kami. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi saya di dianisekaring@gmail.com. Selamat membaca!

search

All About Aviation

Aviation Dianisekaring

Hajj Guide

Haji Dianisekaring

Popular Posts

  • DIANISEKARING Pramugari
    AviationAviation Facts

    Memahami Arti Pengumuman Pramugari di Pesawat

  • DIANISEKARING Penumpang pesawat
    Air Travel GuideAviation

    12 Kesalahan yang Sering Dilakukan Penumpang Pesawat

  • DIANISEKARING Banjarmasin
    KalimantanKalimantan SelatanTravelTravel Story

    Indahnya Wisata Pasar Terapung Lok Baintan Banjarmasin

  • AviationAviation FactsTravel Story

    6 Hal Yang Harus Dilakukan Sebelum Pesawat Lepas Landas

  • DIANISEKARING rumah atsiri
    JawaJawa TengahTravelTravel Story

    Mengenal Minyak Esensial di Rumah Atsiri Indonesia

Recent Posts

  • Food

    Review Walking Drums by The Beach Ancol

  • The branchsto dianisekaring
    BantenJawaTravel

    Asyiknya Wisata Bersama Anak di The Branchsto BSD

  • villa aman d'sini dianisekaring
    FoodJawa BaratTravel

    Healing Ala Bali di Villa Aman D’Sini

  • hutan hujan parung
    Food

    Hutan Hujan: Oase Cantik di Parung Bogor

  • warung tuman
    Food

    Warung Tuman: Asyiknya Makan di Tengah Kampung

Archive

Kumpulan Emak Blogger
Blogger Perempuan
DIANISEKARING IHB
DIANISEKARING Bloggercrony
BloggerHub Indonesia
Design by SkyandStars.co
Back Top

Copyright by Diani Sekaring Sejati, 2022