Seperti halnya daerah lain, Lombok juga memiliki banyak festival. Salah satu festival yang saya ikuti kali ini adalah Festival Bau Nyale. Dalam festival ini, ribuan warga Lombok berbondong-bondong menangkap cacing (Nyale) di pantai saat tengah malam hingga fajar.
Pada mulanya, acara ini hanya dilaksanakan di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah, namun pada saat ini Festival Bau Nyale diselenggarakan di beberapa pantai di Lombok.
Legenda Putri Mandalika
Festival Bau Nyale bermula dari legenda Putri Mandalika yang diyakini oleh penduduk Lombok. Alkisah, pada jaman dahulu hiduplah Putri Mandalika, seorang putri dari kerajaan Tunjung Bitu. Putri Mandalika sangat cantik dan arif perilakunya, sehingga banyak pangeran yang jatuh hati padanya. Pangeran-pangeran tersebut bermaksud untuk mengadakan perang demi menentukan pemenang. Pemenang tersebut nantinya diperbolehkan untuk mempersunting Putri Mandalika.
Namun, Putri Mandalika tidak setuju. Ia berkata, “Wahai Ayah, aku akan menentukan pilihanku sendiri.” Putri Mandalika mengundang seluruh pangeran dan rakyat untuk berkumpul pada tanggal 20, bulan 10 menurut penanggalan Sasak di Pantai Seger, Kuta.
Tibalah hari yang dinantikan. Seluruh rakyat bersemangat untuk mendengar keputusan Putri Mandalika. Putri Mandalika berdiri di onggokan batu dan berkata, “Telah aku putuskan bahwa aku tidak bisa memilih salah satu dari kalian. Diriku adalah milik kalian semua. Diriku telah ditakdirkan untuk menjadi nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada saat munculnya nyale di permukaan laut.”
Putri Mandalika menceburkan dirinya ke dalam laut dan hilang ditelan oleh ombak. Tak lama kemudian, muncul cacing-cacing kecil berwarna putih, hitam, hijau, kuning, dan coklat yang diyakini sebagai jelmaan dari Putri Mandalika (sumber).
Mencari dan Mencicip ‘Nyale’
Di Lombok, Festival Bau Nyale diselenggarakan menurut perhitungan kalender Sasak dan menjadi hari libur daerah. Tua, muda, kecil, besar semua turut serta mencari nyale di Pantai Seger, seperti yang saya amati pada hari Kamis (20/02/2014) kemarin. Menurut Agung, setiap Bau Nyale pasti Lombok turun hujan, dan terus gerimis hingga festival tersebut selesai digelar.
Nyale biasanya dinikmati dengan cara digoreng, dipepes, atau dimakan langsung mentah-mentah. Saya ditodong oleh ibu Agung untuk mencicipi pepes nyale. Bentuknya seperti pepes biasa dengan hiasan cacing-cacing coklat berwarna kemerahan (glek!). Dengan komat kamit membaca doa dan mata terpejam, saya merasakan pepes cacing tersebut. Rasanya ajaib. Cacing seperti masih gerak-gerak di mulut. Sungguh menggelikan dan agak membuat saya trauma.
Sesampainya di rumah, untuk memperingati Festival Bau Nyale, Bapak dan Ibu Agung menyuruh saya dan Pipit untuk mencicipi nyale goreng ini. Bentuk cacingnya sudah tidak terlalu ketara, namun saya masih membayangkan cacing-cacing yang kami tangkap kemarin. Demi menghormati tuan rumah, saya bela-belain diri untuk makan masakan ini. Pikiran saya masih dihantui oleh pepes nyale yang saya telan kemarin. Ternyata, nyale goreng ini rasanya tidak terlalu buruk. Fiuh!
Tanjung Aan
Setelah Festival Bau Nyale selesai, kami diajak untuk bermasya ke Tanjung Aan bersama keluarga dan teman-teman Agung. Tanjung Aan, Lombok Tengah terletak tidak terlalu jauh dari Pantai Seger. Tanjung Aan memiliki laut yang biru dengan gradasi yang indah.
Laut biru, langit cerah, pasir putih, dan perbukitan hijau terhampar di depan mata saya. Saya tak henti-hentinya berdecak kagum memandangi lukisan-Nya yang maha indah. Dan (lagi-lagi) beruntungnya saya, pengunjung Tanjung Aan siang itu hanyalah kami. Saya manjakan seluruh indera saya di pantai ini. Menikmati aroma laut dan pemandangan spektakuler yang tidak tiap hari bisa saya lihat. Tanjung Aan adalah destinasi wisata yang cukup terkenal di Lombok. Pastikan Anda mengunjunginya!
Pantai Mawun
Hidden paradise. Inilah sebutan saya untuk Pantai Mawun. Tersembunyi di balik bukit, Pantai Mawun terletak di sebuah teluk yang diapit oleh dua bukit. Gelombangnya amat tenang. Pantai Mawun rata-rata dikunjungi oleh turis asing.
Saya sangat girang melihat pemandangan yang terbentang di depan mata. Ingin rasanya guling-gulingan di pasir yang halus, tapi sayang cuaca siang itu sangat terik, dan saya gak mau disangka crazy Indonesian oleh bule-bule. Pantai Mawun sangat memanjakan mata bagi siapapun yang mengunjunginya. Bagi yang ingin menginap, di sekitar Pantai Mawun terdapat beberapa hotel yang bisa disinggahi.
Pantai Semeti
Pantai Semeti adalah tujuan terakhir kami hari ini. Sebuah pantai yang terletak di laut selatan Lombok. Akses menuju Pantai Semeti ini agak sulit, hanya beberapa kendaraan pribadi saja melintas. Sepanjang perjalanan menuju Pantai Semeti, pemandangan indah terhampar di depan mata. Seperti yang terlihat di bawah ini contohnya.
Amazing!
Jalan yang kami lalui menukik turun dan naik tak beraturan. Jalan semakin menyempit, berubah menjadi jalan tanah, lumpur, hingga akhirnya mobil harus berhenti karena jalan tidak dapat dilalui. Dari sini, kami berjalan kaki kira-kira 2 Km menuju bibir pantai melewati padang rumput dan sawah.
Di Lombok, perjuangan susah payah menuju tempat wisata tidak ada yang sia-sia. Di balik bukit, Pantai Semeti bersembunyi.

Lihat bukit batu tersebut? Bukit tersebut dapat dinaiki, tapi sedikit terjal dan licin. Saya, yang hari itu salah kostum karena memakai dress tentu saja tidak mau mengambil resiko. Salah-salah bisa kesrimpet. Tidak ada apapun di sekitar pantai ini.Blas nggak ada orang jualan, tempat tinggal atau apapun. Ada sih perkampungan warga tapi agak jauh dari bibir pantai. Setelah mengunjungi beberapa pantai di Lombok, saya menarik kesimpulan sebagai berikut:
Kesan Saya Terhadap Lombok
1. Lombok itu bagus dan masih alami.
2. Jalanan di Lombok sempit dan tidak ada petunjuk jalan.
3. Pantainya bagus-bagus dan jarang pengunjung.
4. Masuk pantai di Lombok = gratis. Nggak kayak Ancol. Ya menurut lo, Di.
5. Kebanyakan pantainya tersembunyi di balik bukit atau pegunungan.
6. Harus bawa kendaraan pribadi karena bakal angkutan umum hanya sedikit dan tidak menjangkau area-area wisata.
7. Bersiaplah menghadapi jalanan hancur, menukik naik turun, dan kadang offroad.
8. Sebagian besar pantai amat terpencil dan tidak memiliki warung. Oleh karena itu, lebih baik membawa bekal yang cukup.
Perjalanan saya belum selesai. Di bagian akhir nanti, saya akan menceritakan keindahan Pantai Sekotong dan Gili Trawangan. Keep reading!
Tinggalkan Balasan