Taman Nasional Komodo, Keindahan di Timur Indonesia

Tak pernah terbersit di benak saya, perjalanan kali ini mengubah hidup saya selamanya.

Berwisata ke Taman Nasional Komodo merupakan salah satu wishlist saya di tahun 2015. Sudah lama saya penasaran dengan keindahan laut dan pulau – pulau di wilayah Flores dan sekitarnya. Maka, saat teman SMU saya Vera mengajak untuk ikut trip Live on Board (LOB) Komodo pada pertengahan Mei, saya langsung mengiyakan. Mengapa? Hitung-hitung, LOB Komodo ini merupakan birthday present untuk saya, mengingat saya ulang tahun pada tanggal 10 Mei.

Dalam trip ini, Vera juga mengajak Agna, pacarnya yang juga teman SMU saya. Tadinya saya berpikir bakal jadi obat nyamuk bakar, tetapi kan ini open trip jadi ya biarin aja lah. Lagipula, Vera juga mengajak 2 orang teman kuliahnya yaitu Mutia dan Amel.

Taman Nasional Komodo  adalah gugusan kepulauan dengan total area seluas 1800 km2. Taman Nasional Komodo terletak di perbatasan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Taman Nasional Komodo terdiri dari 3 pulau besar, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, dan gugusan pulau kecil lainnya.

Berangkat Menuju Labuan Bajo

Kami berangkat dengan rute CGK – DPS – LBJ. CGK – DPS kami tempuh dengan penerbangan Air Asia, dan DPS – LBJ ditempuh dengan Wings Air. Bandara Komodo saat ini baru dapat mengakomodir pesawat jenis ATR, sehingga pesawat yang terbang kesana juga hanya pesawat – pesawat kecil. Penerbangan DPS – LBJ ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit, dengan ketinggian jelajah hanya sekitar 28.000 kaki. Ini pengalaman pertama saya naik pesawat baling – baling.

Penginapan Bajo View

Sekitar jam 13.00 WITA, kami tiba di Bandara Komodo dan dijemput oleh driver dan diantar menuju tempat menginap kami malam itu, Bajo View. Saya pikir, penginapannya seperti apa, ternyata konsepnya lucu banget. Jadi seperti tenda-tenda yang diberi rangka dari besi, lalu didalamnya terdapat 2 buah kasur, 2 bantal, 1 buah kipas angin, 1 buah stop kontak, dan karpet. Harga per pax per malam adalah Rp 85.000, namun kami kami tidak membayar dikarenakan paket kami sudah include. Bajo View terletak di bukit dan view dari sana sungguh kece.

Kamar mandinya terletak di luar, terpisah antara bilik untuk shower dan kloset. Satu hal yang menjadi perhatian, kloset di Bajo View adalah standar bule alias tidak ada airnya. Jadi, buat yang ingin pup, siap-siap mental saja ya.

Nikmatnya Seafood Kampung Ujung

Setelah berkenalan dengan anggota tur lain dan leyeh-leyeh, kami berjalan kaki menyusuri Labuan Bajo. Labuan Bajo adalah kota kecil dengan 1 jalan utama yang kanan kirinya dipenuhi dengan agen tur, dive operator, restoran-restoran kecil dan penginapan. Sekitar 30 menit kami berjalan menuju Kampung Ujung untuk melihat sunset. Di Kampung Ujung ini, banyak tersedia kuliner seafood, dijamin fresh karena bahan-bahannya langsung ditangkap oleh nelayan sekitar.

Live on Board di Taman Nasional Komodo

Perjalanan kami menuju Taman Nasional Komodo baru dimulai jam 11.00 siang dikarenakan menunggu beberapa orang anggota trip yang pesawatnya di-delay. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, trip ini merupakan trip Live on Board alias seluruh kegiatan mulai dari makan hingga tidur berlangsung di kapal. Kapal yang digunakan adalah sejenis kapal klotok (seperti yang saya gunakan di Tanjung Puting) akan tetapi kapal yang ini memiliki kabin untuk tidur dengan tempat tidur tingkat. Satu persatu dari kami memperkenalkan diri.

Jarak antara 1 pulau dan pulau lain biasanya sekitar 2 – 3 jam, sehingga kami banyak mengobrol atau sekedar tidur.

Pulau Kanawa

Pemberhentian pertama kami adalah Pulau Kanawa. Hamparan laut biru toska dengan berbagai macam gradasi terbentang di depan mata. Speechless! Ini adalah pantai terkeren yang pernah saya lihat selain Karimun Jawa dan Pulau Peucang. Saking beningnya, koral-koralnya terlihat dari kapal.

Gili Lawa

Kami snorkeling dan foto-foto selama sekitar 1 jam, kemudian segera naik kapal lagi untuk menuju Gili Lawa, tempat bermalam kami.

Untuk menuju best view point, kita harus mendaki selama kurang lebih 30 menit dengan jalur yang cukup terjal. Saya mendaki bersama Ana, peserta trip dari kapal sebelah. Dengan perjuangan merangkak dan ngos-ngosan, kami berhasil mendapatkan view ini.

Dengan napas tersengal-sengal kami duduk untuk menikmati sunset.
Perjuangan belum usai! Untuk turun dari puncak Gili Lawa ternyata dibutuhkan perjuangan yang lebih keras. Jalur sangat curam dengan penerangan terbatas. Akhirnya, saya dan Ana lebih memilih untuk merosot, daripada jatuh terguling-guling. Malam itu saya tidur awal karena kelelahan.

Bertemu Komodo di Loh Liang

Hari ini kami akan bertemu dengan komodo! Cukup excited. Di perjalanan, saya lebih banyak tidur di kamar karena badan mulai tidak enak, tanda-tanda akan haid. Yah, terus kalau gue haid, bisa-bisa jadi cemilan Komodo dong. Penciuman Komodo kan sangat tajam. Mereka bisa mengendus bau darah dari jarak 5 Km.

Setelah hampir 2 jam di laut, kami mendarat di Loh Liang. Loh berasal dari bahasa lokal yang berarti ‘teluk’, dan ‘liang’ berarti sarang.

Sampai di Loh Liang, kami langsung disambut seekor Komodo. Bentuk mereka mirip kadal besar,dengan cakar tajam dan gerak gerik terbatas seperti buaya. Komodo adalah binatang liar yang ganas, mereka akan mengeluarkan taring jika siap untuk memangsa. Jarak aman untuk berada di dekat Komodo adalah 5 meter dengan didampingi ranger.

Kami melakukan susur hutan dan trekking menuju Fregata Hill. Sepanjang jalan, ranger bercerita mengenai seluk beluk Komodo. Komodo berkembang biak secara bertelur, dan telur tersebut dierami selama 9 bulan. Setelah anak komodo menetas, ia akan langsung lari menuju pucuk pohon untuk menghindari predator. Komodo merupakan kanibal, bahkan induk komodo dapat memangsa anak-anaknya sendiri. Surprisingly, toilet di Loh Liang bagus dan terawat. Di Loh Liang, tamu bulanan saya datang. Yasudahlah *pasrah jadi cemilan Komodo*.

The Legendary Pink Beach

Perjalanan kami lanjutkan menuju salah satu tempat paling terkenal di Taman Nasional Komodo, yaitu Pink Beach. Pink Beach ditempuh sekitar 30 menit dari Loh Liang. Pink Beach merupakan pantai unik yang memiliki pasir berwarna merah muda. Warna tersebut diakibatkan oleh pecahan koral berwarna merah yang ada di sekitar pantai. Sayangnya, saya tidak bisa snorkeling karena keram perut. Padahal menurut Vera dan Amel, koralnya bagus dan banyak ikan berwarna-warni. Akan tetapi, mereka sempat melihat teripang kuning mengambang (if you know what I mean..)

Pulau Padar

Perjalanan kami lanjutkan menuju Pulau Padar, tempat bermalam kami malam itu. Arus dan ombak menuju Pulau Padar sungguh ganas. Kapal kami terombang-ambing ke atas, bawah, kanan, dan kiri. Untung ada Pak Amat si kapten hebat. Menurut informasi, Pulau Padar ini baru tereksplore dalam 6 bulan terakhir. Tak banyak nelayan yang berani berlayar ke Pulau Padar dikarenakan ombak yang ganas. Saya pun sangat lega ketika akhirnya kami sampai.

Ini adalah pulau favorit saya. Lihat view di atas? Rasanya tidak ada kamera manapun yang bisa mengabadikan keindahannya dengan sempurna. Berada di Pulau Padar mengingatkan saya akan setting film The Lord of The Rings, Narnia, King Kong, dan Jurassic Park. So ancient. Sore itu, kami trekking lagi untuk menikmati sunset terindah.

Saya, Vera, Agna, Mutia, dan Amel sepakat untuk mendaki perlahan-lahan. Kami banyak berhenti untuk berfoto dan menikmati pemandangan. Gugusan pulau di Taman Nasional Komodo sebagian besar memiliki kontur serupa, dan ditutupi dengan ilalang berwarna kuning keemasan. Sip banget kalau dijadikan lokasi syuting film.

Dari puncak Pulau Padar, kami dapat melihat 3 buah teluk. Keren banget! Kami mengobrol dan menikmati pemandangan hingga matahari tenggelam.

Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi untuk menikmati sunrise di atas kapal.

Loh Buaya

Setelah matahari naik, kami bergerak menuju Loh Buaya, Pulau Rinca. Menurut Pak Amat, Komodo di Pulau Rinca terkenal agresif *glek*. Teman-teman pun menyarankan saya untuk berbicara pada ranger sesampainya disana.

Sesampainya di Loh Buaya, ranger langsung menanyakan apakah ada peserta yang sedang haid. Saya dan Mamanya Ana langsung mengacungkan jari. Kami dipisah dari rombongan dan diberi ranger khusus (katanya sih ranger yang paling kuat). Alasannya, mencegah Komodo untuk menyerang kerumuman orang banyak.

Pemandangan di Loh Buaya sungguh indah! Terdapat sabana dan berbagai jenis hewan yang sedang merumput, seperti rusa dan kerbau liar. Menurut Vera, pemandangannya lebih indah daripada Taman Nasional Baluran.

Oleh karena terpisah dari rombongan, saya dan Mamanya Ana selesai trekking duluan dan menunggu peserta lain di gazebo sambil melihat kerbau liar merumput. Pemandangan yang tidak akan saya dapatkan setiap hari.

Bermain Bersama Anak-Anak Kampung Rinca

Dari Loh Buaya, kami menuju Kampung Rinca untuk bertemu adik-adik SD di sana. Sesampainya disana, kami langsung disambut oleh segerombolan anak yang menggandeng kami dan berceloteh macam-macam. Sepertinya mereka senang sekali apabila ada tamu yang datang. Diantara anak yang paling ceriwis adalah Aril (berbaju merah).

Tujuan kami ke Kampung Rinca adalah untuk menyumbangkan buku anak-anak ke Taman Bacaan Pelangi di Pulau Rinca. Di Rinca, sekolah hanya ada hingga tingkat SMP. Apabila hendak melanjutkan ke jenjang SMU, anak-anak ini harus merantau ke Labuan Bajo.

Di Taman Bacaan Pelangi, kami bercengkerama dengan anak-anak Kampung Rinca dan membacakan cerita. Rasanya seperti saat KKN dahulu di Pangsan, Bali. Menyenangkan! Dari Kampung Rinca, kami menuju Pulau Kelor, tujuan terakhir kami.

Pulau Kelor

Kami yang sudah kelelahan lebih banyak bersantai di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan, lalu menuju Labuan Bajo saat hari beranjak sore. Malam harinya, kami makan seafood bersama di Kampung Ujung. Nikmat..

Ini merupakan hari terakhir kami di Labuan Bajo. Pesawat saya, Agna, Vera, Mutia, dan Amel berangkat pukul 08.30 WITA. Setelah berpamitan dengan rekan-rekan trip, kami bertolak menuju Bandara Komodo untuk menuju Jakarta. See ya in another trip!

 
 

Informasi Seputar Live on Board di Komodo

1. Harga trip LOB Komodo adalah Rp 2,5 juta/pax. Harga tiket PP CGK-LBJ Rp 3,1 juta/pax.

2. Saya menggunakan Dolphin Travel Mate, CP: Mas Zul dolphintravelmate@yahoo.com

3.Di kapal, persediaan air tawar terbatas, gunakan seperlunya.

4. Pakai baju yang mudah menyerap keringat.

5. Jangan lupa sunblock dan sunnies! Panas banget.

6. Usahakan tidak pup saat kapal sandar. Gak mau kan teripang kuning-mu dilihat oleh teman-teman yang lagi snorkeling? :p

Selamat berlibur!

Update! Menikah dengan Teman Satu Trip 😀

Kenapa di awal saya bilang bahwa trip kali ini mengubah hidup saya selamanya? Ya, karena 2 tahun setelah trip ini, pada tahun 2017, saya menikah dengan salah satu orang yang saya temui di kapal, yaitu Mas Rizki (yang jutek dan cuma ngomong seperlunya). Hehehe. Buat jomblo-jomblo, ikut open trip juga termasuk ikhtiar kok untuk mendapatkan jodoh. Semangat!

4 Comments

  1. Waah, uda bisa jalan2 ke pulau komodo dapet bonus jodoh pula. Hehe selamat mba buat kelahiran momongan pertama

    1. Iya mbak.. alhamdulillah.. hehe terima kasih mbak 🙂

  2. Huhuhuhu……kok aku dah trip sampe ke Mekkah bareng gagal juga :(( Belom jodoh kayaknya ya. Btw, selamat buat kelahiran momongannya ya…

    1. Ya ampun mbak, seriusan sampe Mekah? :(( Semangat mbaa.. terima kasih ya 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *